Israel Izinkan Tim Medis Yordania Masuk Rafah untuk Evakuasi Korban Sipil
Misi Kemanusiaan Dimulai di Tengah Situasi Krisis
ong39 – Otoritas Israel akhirnya memberikan izin kepada tim medis gabungan dari Yordania dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Tim tersebut diizinkan masuk melalui perbatasan Rafah, Jalur Gaza Selatan. Tujuan utama mereka adalah mengevakuasi korban sipil yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan akibat serangan udara.
Selain itu, izin ini dikeluarkan setelah negosiasi panjang antara Israel, mediator regional, dan organisasi kemanusiaan. Tim gabungan membawa kendaraan ambulans, obat-obatan, serta alat medis darurat untuk membantu penyelamatan warga di zona paling terdampak.
Langkah Israel Dianggap Sebagai Upaya Kemanusiaan Terbatas
Juru bicara Kementerian Pertahanan Israel, Eli Bar-On, menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari “inisiatif kemanusiaan terbatas”. Operasi dilakukan di bawah pengawasan ketat Angkatan Bersenjata Israel (IDF).
“Tim Yordania-ICRC diizinkan bekerja di koridor timur Rafah tanpa keterlibatan militer. Area tersebut dianggap aman dalam radius operasi terbatas,” kata Bar-On dalam konferensi pers.
Kemudian, rekaman dari kantor berita Anadolu memperlihatkan iring-iringan kendaraan medis melintasi perbatasan. Mereka membawa tandu, tabung oksigen, serta peralatan penyelamatan lainnya. Beberapa relawan lokal terlihat membantu memindahkan puing-puing agar pencarian korban bisa berjalan lebih cepat.
Situasi Medis di Gaza Kian Mendesak
Perwakilan ICRC, Leila Mansour, menyebut misi ini sangat mendesak. Menurutnya, banyak korban luka berat belum mendapatkan perawatan medis selama beberapa hari. “Kami menemukan warga sipil yang masih terjebak di bawah reruntuhan. Tim bekerja tanpa henti agar tidak ada korban tertinggal,” ujarnya.
Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 320 korban jiwa dalam dua hari terakhir di Khan Younis dan Rafah. Mereka mendesak agar jalur kemanusiaan diperluas supaya bantuan logistik dan bahan bakar untuk rumah sakit dapat segera masuk.
Respons Dunia Internasional
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ikut menengahi gencatan senjata di kawasan itu, menyebut langkah ini sebagai “awal kerja sama yang lebih manusiawi”. Ia menegaskan bahwa bantuan harus langsung diterima warga, bukan kelompok bersenjata.
Namun, para pengamat menilai operasi tersebut masih jauh dari cukup. Mereka meminta Israel dan kelompok bersenjata di Gaza memperpanjang masa tenang agar proses penyelamatan berjalan maksimal.
“Meskipun situasi politik sulit, nyawa warga sipil harus menjadi prioritas. Setiap jam yang terlewat berarti kehilangan lebih banyak nyawa,” tegas analis Timur Tengah, Dr. Rafiq al-Hassan.






