Ketegangan Perbatasan Kamboja–Thailand Meningkat: Patroli Bersenjata dan Warga Mulai Mengungsi
Ong39 – Perbatasan Kamboja–Thailand kembali memanas setelah serangkaian insiden yang melibatkan pasukan keamanan kedua negara sejak awal pekan ini. Meski belum ada deklarasi perang resmi, situasi di lapangan menunjukkan peningkatan aktivitas militer yang cukup signifikan.
Patroli Berat dan Suara Ledakan di Perbatasan
Menurut laporan otoritas lokal di Provinsi Oddar Meanchey (Kamboja) dan Provinsi Surin (Thailand), kedua negara telah memperbanyak patroli bersenjata di wilayah yang sama-sama diklaim.
Warga sekitar melaporkan mendengar beberapa ledakan ringan yang diduga berasal dari latihan penembakan atau peringatan tembakan udara untuk memaksa mundur pasukan lawan. Tidak ada laporan korban jiwa, namun ketegangan meningkat drastis.
Pejabat di Kamboja menyebut bahwa pasukan Thailand sempat memasuki zona abu-abu, sedangkan Thailand membantah dan mengatakan bahwa pasukan mereka berada di wilayahnya sendiri. Perbedaan versi inilah yang membuat komunikasi kedua negara kembali tegang.
Jalur Perdagangan Ditutup Sementara
Salah satu dampak paling nyata bagi warga adalah penutupan sementara pintu perbatasan kecil yang biasanya digunakan untuk perdagangan bahan pokok.
Pedagang buah, sayur, dan komoditas harian mengeluhkan kerugian karena truk angkutan diminta berhenti total untuk alasan keamanan.
Beberapa sekolah di desa perbatasan Kamboja juga meliburkan siswa selama dua hari untuk berjaga-jaga apabila situasi memburuk. Meski begitu, pemerintah pusat kedua negara meminta masyarakat untuk tidak panik dan menegaskan bahwa dialog tetap menjadi jalur utama penyelesaian.
Upaya Diplomasi Mulai Didorong
Baik Kamboja maupun Thailand telah mengirimkan sinyal untuk membuka pertemuan bilateral darurat, meski jadwal resminya belum ditentukan. Sejumlah negara ASEAN disebut siap menjadi mediator jika diperlukan.
Para analis menilai bahwa walaupun bentrokan kecil seperti ini bukan pertama kalinya terjadi, risiko salah perhitungan militer dapat membuat situasi memburuk lebih cepat dari yang diperkirakan. Karena itu, tekanan internasional untuk meredakan ketegangan diperkirakan akan semakin kuat dalam beberapa hari mendatang.





