ONG39 – Belakangan ini viral sebuah baliho raksasa di Tel Aviv, Israel, yang menampilkan foto Presiden Indonesia Prabowo Subianto sejajar dengan beberapa pemimpin dunia seperti Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump, serta beberapa pemimpin Arab. Baliho tersebut menyertakan slogan dalam bahasa Inggris, seperti “Mr. President, Israel Stands By Your Plan Seal The Deal”.
Fenomena ini memunculkan kehebohan media dan diskursus publik Indonesia: apakah ini pertanda suatu hubungan diplomatik baru, atau sekadar manuver simbolik? Untuk memahami maknanya, kita perlu meninjau beberapa aspek kontekstual.
Pertama, latar belakang dan motif kampanye
Pihak Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyampaikan bahwa baliho tersebut merupakan bagian dari kampanye organisasi non-pemerintah (NGO) di Israel yang mendukung perluasan jangkauan Abraham Accords yakni upaya normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan beberapa negara Muslim/Arab. Menurut juru bicara Kemlu, pencantuman Indonesia dalam baliho itu murni sebagai narasi propaganda NGO tersebut, dan bukan suatu pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia.
Kedua, posisi dan kebijakan diplomatik Indonesia
Pemerintah Indonesia secara konsisten mempertahankan kebijakan bahwa pengakuan terhadap Israel tidak akan dilakukan kecuali negara Palestina sudah diakui secara merdeka dan berdaulat. Pernyataan ini ditegaskan kembali ketika publik mempertanyakan implikasi baliho tersebut bahwa meskipun gambarnya muncul, itu bukan representasi kebijakan resmi RI.
Ketiga, potensi interpretasi publik dan risiko persepsi
Baliho yang menempatkan Prabowo sejajar dengan pemimpin Israel bisa diartikan sebagai upaya “endorsment visual” yaitu menyimulasikan bahwa Indonesia mendukung atau setara dalam proyek diplomatik yang diusung. Walau demikian, tanpa konfirmasi resmi, gagasan itu bisa dianggap manipulatif atau misleading. Di sisi lain, publik bisa menarik kesimpulan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Israel sedang diarahkan ke normalisasi, padahal kenyataannya Indonesia belum menunjukkan langkah konkret demikian.
Keempat, pesan simbolis dan komunikasi diplomasi publik
Baliho ini lebih bersifat simbolis daripada substantif. Simbol berkuasa dalam diplomasi publik ketika sebuah organisasi non-pemerintah mencoba mencitrakan suatu visi tertentu. Dalam kasus ini, NGO Israel menggunakan foto Prabowo sebagai elemen persuasi visual. Untuk memperluas gagasan bahwa Israel “berdiri di belakang” pemimpin dari negara-negara yang belum menjalin hubungan dengannya.
Kesimpulan
Hebohnya baliho di Israel yang memuat foto Presiden Prabowo Subianto bukanlah indikasi berubahnya kebijakan luar negeri Indonesia secara langsung. Melainkan bagian dari strategi komunikasi simbolik bukan-pemerintah. Meski citranya provokatif, yang terpenting adalah tetap kritis membedakan antara simbol visual dan fakta politik diplomatik. Pemerintah RI pun menegaskan bahwa posisi Indonesia terhadap Israel–Palestina tetap konsisten sesuai prinsip pengakuan terhadap kedaulatan Palestina terlebih dahulu.






